Contents

Membahas Linux Ricing

Istilah rice/ricing pasti tidak asing lagi bagi orang yang suka mengkustomisasi desktop sistem operasi Unix-like, khususnya pada GNU/Linux yang aktivitasnya biasa disebut “Ricing / Linux Rice”. Mereka gemar berdiskusi di komunitas reddit dan grup Linuxer Desktop Art di Facebook, serta grup Dotfiles Indonesia di Telegram untuk sharing atau hanya sekedar melihat-lihat indahnya sistem operasi unix-like.


/membahas-linux-ricing/arch-chan.png
Arch-Chan

Pengenalan “Linux Rice”

Pertama-tama saya akan sedikit menjelaskan mengenai apa yang disebut “Linux Rice”. Linux Rice berasal dari 2 kata “Linux” yaitu sistem operasi GNU/Linux itu sendiri dan “Rice” yaitu beras. Bukan! yang dimaksud “Rice” disini bukanlah beras yang biasa kita makan, tapi akronim dari “Race Inspired Cosmetic Enhancements”.

Race Inspired Cosmetic Enhancements. (R.I.C.E.) adalah istilah yang merujuk pada mobil sport buatan Asia (biasanya Honda Civic) yang memiliki banyak modifikasi kosmetik dan sedikit atau tanpa modifikasi internal. Intinya disini kata “Rice” awalnya digunakan untuk modifikasi pada mobil.

/membahas-linux-ricing/car-rice.jpg
Race Inspired Cosmetic Enhancements (R.I.C.E.)

Apa hubungannya modifikasi mobil dengan sistem operasi GNU/Linux? Dari sini jelas bahwa kata “Rice” artinya modifikasi, kemudian istilah tersebut diserap oleh mereka yang gemar memodifikasi tampilan desktop di sistem operasi GNU/Linux menjadi “Ricing”.


Komponen dasar dalam Ricing

Ada banyak sekali cara untuk mengkustomisasi desktop di sistem operasi GNU/Linux. Dimulai dari pengenalan sebuah Window Manager atau disingkat WM.

Window Manager

Window Manager adalah sistem perangkat lunak yang mengontrol tata letak dan tampilan window dalam sistem windowing yang merupakan salah satu dari komponen Desktop Environment pada GUI.

WM sendiri dibagi menjadi 3 jenis.

  1. Stacking adalah Window Manager yang sistem window-nya bertumpuk antara satu dengan yang lain. Kita biasa merasakan workflow WM jenis ini misalnya pada DE GNOME3 yang menggunakan Mutter dan KDE yang menggunakan Kwin. Namun tidak semua WM dapat berdiri sendiri (standalone) contoh yang WM yang dapat berdiri sendiri dengan mudahnya adalah openbox, fluxbox, hingga xfwm pada DE XFCE.

  2. Tiling adalah Window Manager yang sistem window-nya tersusun kotak-kotak antara satu dengan lainnya secara otomatis meskipun masih terdapat sistem floating/stacking, disebut tiling karena memiliki workflow seperti susunan ubin. Contohnya i3wm, dan bspwm.

  3. Dynamic. Seperti pada namanya, jenis Window Manager ini dapat berganti-ganti diantara Stacking maupun Tiling sesuai selera pengguna. Contohnya dwm dan awesomewm.

Panel / Bar / Dock

Panel / Bar / Dock adalah program yang digunakan untuk menampilkan informasi baterai, daftar aplikasi yang dibuka, system tray, dan waktu. Jika pada sistem operasi Micros*ft Wind*ws, kita biasa menyebutnya Taskbar. Di GNU/Linux contohnya adalah plank, tint2, polybar, dzen2, dan lemonbar.

Application Launcher

Application Launcher adalah program yang digunakan untuk membuka atau menjalankan suatu program selain menggunakan Terminal Emulator. Contohnya adalah dmenu lalu ada penggantinya yang lebih menawarkan banyak fitur, yaitu rofi.

Notification Daemon

Notification Daemon (lebih suka saya sebut sebagai Notify Daemon) adalah program yang digunakan sebagai penampil notifikasi. Contohnya adalah dunst, xfce4-notifyd milik XFCE, dll.

Terminal Emulator

Terminal Emulator adalah program yang digunakan untuk berinteraksi dengan sesi Unix Shell seperti mengatur sistem, hingga menjalankan program, dengan mengetikkan perintah berbasis teks (CLI). TE merupakan komponen terpenting digunakan untuk Ricing. Contoh Terminal Emulator ada banyak sekali, misalnya rxvt-unicode (urxvt), xfce4-terminal pada XFCE, termite, simple terminal (st), kitty, dan masih banyak lagi.

Display Manager (Optional)

Display Manager atau DM adalah program yang digunakan untuk masuk ke sesi GUI bagi sistem operasi GNU/Linux. Setelah masuk ke DM, kendali sepenuhnya diberikan kepada WM. DM menyediakan fitur seperti memilih sesi DE/WM yang akan digunakan, serta terdapat juga fitur reboot, halt, dan suspend. Meski sering digunakan karena kemudahannya bagi pengguna, tetapi tidak sedikit pula orang yang menggunakan sistem operasi GNU/Linux tanpa DM. Biasanya mereka menggunakan startx langsung (xorg-xinit). Contoh DM adalah lightdm, gdm milik GNOME, dan slim.

Window Compositor (Optional)

Compositor adalah program yang berfungsi untuk mengatur animasi seperti bayangan dan tranparansi pada WM. Contohnya adalah compton, lalu penerusnya yaitu picom.


Alasan memilih WM daripada DE

Dari semua penjelasan diatas, mengapa saya lebih memilih WM dengan custom environment, daripada DE yang sudah lengkap (instant) tinggal digunakan? Seringkali banyak yang bilang Ribet sekali jadi orang!

Ada beberapa alasan mengapa menggunakan WM lebih baik daripada menggunakan DE (menurut saya).

  1. Ingin belajar lebih dalam mengenai workflow desktop pada sistem operasi GNU/Linux.
  2. Mengetahui bahwa GUI pada sistem operasi GNU/Linux dapat diminimalisir komponen-komponen penyusunnya (dependencies), karena banyak sekali komponen yang tidak pernah saya perlukan pada DE namun sudah pre-installed.
  3. Dengan alasan nomor 2 jelas sekali bahwa WM akan sangat ringan dan tidak menyita banyak resources seperti RAM dan processor.
  4. Kebebasan memilih komponen penyusun desktop seperti yang saya sudah jelaskan di atas.

/membahas-linux-ricing/htop.png
System Monitoring


Apa yang saya gunakan?

Karena saya masih terbiasa dengan WM jenis stacking yang terkesan normal, serta dikarenakan resolusi layar minim (1600 x 900). Berbeda dengan WM tiling yang lebih dioptimalkan untuk developer dengan layar lebarnya. Saya memutuskan memilih openbox dengan segala kesederhanaanya serta dukungan yang luas.


Penutup

Cukup rumit dan membingungkan bukan? Bagi pemula biasanya akan lebih mudah untuk memulai dari menggunakan dotfiles milik orang lain. Dengan begitu kita tidak terlalu banyak melakukan konfigurasi dari dasar, dan tidak perlu membuat theme, icon hingga artwork sendiri. Setelah merasa cukup familiar dengan environment tersebut barulah mencoba membangun environment kalian sendiri. Jika sudah merasa mampu menyusun dokumentasi environment dengan baik, maka lanjutkan belajar membuat dotfiles sendiri. Selama proses belajar, tak perlu malu untuk berbagi screenshot ke komunitas seperti Linuxer Desktop Art, atau Dotfiles Indonesia untuk meminta pendapat dari sesama pegiat Desktop Ricing.


Referensi